Wajah Bego

Wajah Bego

Thursday, 17 April 2014

apa itu HARAKIRI ?

Kali ini penulis ingin membahas tentang harakiri yang sebenarnya di sebut dengan Seppuku. Seppuku adalah upacara untuk bunuh diri, walaupun di Jepang sendiri istilah Harakiri dianggap sebagai istilah yang kasar. Ritual Seppuku biasanya memerlukan keterlibatan aktif paling tidak dua orang, satu yang mau bunuh diri dan satu lagi adalah pendampingnya (Kaishakunin) yang bertugas memenggal kepala orang yang melakukan Seppuku. Akan tetapi, dalam pemenggalan leher yang di penggal tidak boleh benar-benar putus, harus ada daging yang membuat kepala yang di penggal tetap menempel pada tubuhnya. Ini tentunya sangatlah sulit, Sang pendamping haruslah jagoan pedang pastinya.
Seppuku biasanya di lakukan dengan upacara yang rumit. Orang yang hendak bunuh diri. Mandi dulu, bersih-bersih, lantas pakai pakaian putih-putih, makan dulu, baru sesudahnya siap-siap untuk tusuk dan iris dimulai. (Kayaknya lebih tepat persiapan mau ke pesta di banding mau upacara bunuh diri.) Duduk diam dengan Tanto di letakkan di depannya. Menulis puisi terlebih dahulu sampai selesai, baru itu Tanto diambil lantas di tusukan ke perut agak ke kiri lantas Tanto di geser ke kanan, yang terakhir ke atas sedikit,agar isi perutnya keluar. Selesai itu, baru sekarang giliran Kaishakunin beraksi menyabet lehernya. Tanto bekas pakai tadi lalu di letakkan di piring bekas makan tadi. Pendamping untuk Seppuku hanya untuk orang yang Seppukunya untuk menjaga kehormatan. Misalnya, kalau seorang Samurai tertangkap oleh musuh, maka seorang pendamping akan di tugaskan untuk memenggalnya. Jika Samurainya itu Samurai tukang mencuri, tukang korupsi atau jadi penjahat kacangan lainnya .... ya tak ada pendamping, di biarkan mati saja dengan kesakitan sampai kehabisan darah. Ternyata beda juga ya tentang orang yang mau melakukan seppuku ini.
Seppuku sebagai hukuman telah resmi di hapuskan pada tahun 1873, segera setelah restorasi Meiji, tetapi Seppuku secara sukarela belum sepenuhnya mati. Ratusan orang di ketahui melakukan Seppuku setelah di hapuskannya. Termasuk beberapa orang anggota militer yang melakukan bunuh diri pada tahun 1895 sebagai protes menolak di kembalikannya wilayah China, setelah meninggalnya kaisar Meiji. Dan lebih banyak lagi tentara dan rakyat yang lebih memilih untuk mati dari pada menyerah di akhir PD II. Dan sebagai dampak budaya, kata ’seppuku’ biasa di gunakan sebagai metafora seseorang melakukan ”self punishment” sebagai tanggung jawab bila melakukan kesalahan.
Ritual ini telah membudaya di Jepang, sehingga apabila seseorang melakukan kesalahan dan melakukan bunuh diri, maka hal itu sah-sah saja dan di anggap sabagai upaya menebus kesalahan. Dan menurut penulis, ini adalah sebuah kekerasan karena setiap kali ada orang (warga Jepang) yang melakukan salah, maka ia akan berorientasi untuk bunuh diri, seperti di paksa oleh keadaan sekitar. Mungkin kita bisa menyimpulkan bahwa setiap orang bisa melakukan kesalahan dan kita juga harus belajar dari kesalahan tersebut. jadikan kesalahan tersebut sebagai cerminan agar kita mampu melangkah maju dan semakin dewasa dalam setiap menghadapi masalah. Oh,iya jangan sampai mencoba harakiri...... ya. kita harus bisa menghadapi masalah dengan tenang dan sabar.


No comments:

Post a Comment